Skip to main content

Featured

Uniknya Rumah Bolon khas Suku Batak-Kenichapedia

Sumatera Utara punya segudang keunikan yang ada didalamnya, dari masyarakatnya, budayanya, makanannya pariwisatanya dan tak kalah unik dari   bangunan-bangunan rumahnya. Jika kalian mengunjungi tanah batak, kalian pasti akan sering menjumpai rumah unik yang satu ini, yah Rumah Bolon. Ternyata rumah ini juga punya sejarahnya, dan hingga kini masih banyak kita jumpain rumah Bolon, bahkan sebagian sudah menjadi Museum dan dijadikan Warisan Budaya asli Batak. Pada zaman dahulu kala, rumah Bolon adalah tempat tinggal dari 13 raja yang tinggal di Sumatera Utara. 13 Raja tersebut adalah Raja Ranjiman, Raja Nagaraja, Raja Batiran, Raja Bakkaraja, Raja Baringin, Raja Bonabatu, Raja Rajaulan, Raja Atian, Raja Hormabulan, Raja Raondop, Raja Rahalim, Raja Karel Tanjung, dan Raja Mogam. Ada beberapa jenis rumah bolon dalam masyarakat Batak yaitu, rumah Bolon Toba, rumah Bolon Simalungun, rumah Bolon Karo, rumah Bolon Mandailing, rumah Bolon Pakpak, dan Rumah bolon Angkola. Setiap rum

Masjid Raya AL- Mashun Medan Tempat wisata Religi yang kini berusia 113 Tahun- Kenichapedia


 Masjid Raya AL- Mashun Medan Tempat wisata Religi yang kini berusia 113  Tahun  Medan seperti tak ada habisnya untuk ditelusuri, kamu yang suka wisata sejarah atau heritage seperti Saya pasti tak akan melewatkan tempat yang satu ini, yah Masjid Raya Al- Mashun Medan meninggalkan banyak sejarah di dalamnya. Masjid yang berlokasi tak jauh dari pusat kota Medan ini terletak di Jalan Sisingamangaraja No.61Medan Maimun. Pembangunan Masjid Al- Mashun sendiri dimulai pada tanggal 21 Agustus 1906 (1 Rajab 1324 H) oleh Sultan Ma’mun Al- Rasyid Perkasa Alam yakni pemimpin Kesultanan Deli pada masa itu. Dan secara keseluruhan pembangunan selesai pada tanggal 10 september 1909 yang artinya waktu pembangunan yang dibutuhkan adalah 3 tahun lebih. Dilansir dari Simas.kemenag.go.id Masjid yang Luas bangunannya sampai 5.000 m2 menelan biaya pembangunan mencapai satu juta Gulden. Kemudian Masjid ini juga ini memiliki daya tampung hingga 1.500 jamaah. Masjid yang dibangun di atas lahan seluas 18.000 kini sudah memasuki usia satu abad lebih, tepatnya berumur113 Tahun.  Menurut sejarahnya, Sultan Ma’mun Al-Rasyid memang sengaja membangun Masjid ini dengan megah, karena menurut prinsip nya hal itu lebih utama ketimbang kemegahan Istananya sendiri, yakni Istana Maimun yang berjarak 200m dari Masjid. Kemudian, pembangunan Masjid ini ditanggung sendiri oleh Sultan Ma’mun Al- Rasyid, namun konon katanya Tjong A Fie, tokoh saudagar kaya dari etnis Tionghoa ini pun turut berkontribusi dalam pendanaan pembangunan Masjid Raya ini. Pada mulanya arsitek yang merancang bangunan Masjid Raya ini merupakan Van Erp arsitek asal Belanda yang sebelumnya juga merancang Istana Maimun, namun kemudian prosesnya dikerjakan oleh JA Tingdeman. Alasanya karena ketika itu Van Erp dipanggil ke pulau Jawa oleh pemerintah Hindia Belanda untuk bergabung dalam proses restorasi candi Borobudur di Jawa Tengah. Kemudian JA Tingdeman merancang masjid ini dengan denah simetris segi delapan dalam corak bangunan campuran Maroko, Eropa dan Melayu serta Timur Tengah.  Pada bangunan masjid dibagi atas beberapa ruang utama, tempat wudhu, gerbang masuk dan menara. Ruang utama, tempat sholat berbentuk segi delapan tidak sama sisi. Pada sisi berhadapan lebih kecil, terdapat beranda yakni serambi kecil yang menempek menjorok keluar. Di bagian dalam masjid terdapat pilar utama berdiameter 0.60 m yang menjulang tinggi. Masjid Raya Al- Mashun didominasi warna putih, di samping hijau pada sekitar bagian pintu-pintu dan warna hitam pada kubahnya. Pilar-pilar yang terdapat pada setiap sisi bangunan untama mengambil corak khas Cordoba dan spanyol, terutama dengan lekung bagian atas yang berbentuk setengah lingkaran. Untuk membangun Masjid Raya Al- Mashun banyak dekorasi yang diimpor dari mancanegara seperti marmer dari Italia, kaca patri asal Cina, dan lampu gantung dari Prancis. Seriap ornamen dihiasi dengan ukiran-ukiran indah bermatif floral atau geometris. Keindahan Masjid Raya Al-Mashun dan Istana Maimun menandakan tingginya peradaban Kesultanan Deli, sebagai suatu kedaulatan etnis Melayu yang sempat berjaya pada zaman lampau.
Masjid Raya Al-Mashun Medan-kenichapedia.blogspot.com

Medan seperti tak ada habisnya untuk ditelusuri, kamu yang suka wisata sejarah atau heritage seperti Saya pasti tak akan melewatkan tempat yang satu ini, yah Masjid Raya Al- Mashun Medan meninggalkan banyak sejarah di dalamnya. Masjid yang berlokasi tak jauh dari pusat kota Medan ini terletak di Jalan Sisingamangaraja No.61 Kecamatan Medan Kota.
Pembangunan Masjid Al- Mashun sendiri dimulai pada tanggal 21 Agustus 1906 (1 Rajab 1324 H) oleh Sultan Ma’mun Al- Rasyid Perkasa Alam yakni pemimpin Kesultanan Deli pada masa itu. Dan secara keseluruhan pembangunan selesai pada tanggal 10 september 1909 yang artinya waktu pembangunan yang dibutuhkan adalah 3 tahun lebih. Dilansir dari Simas.kemenag.go.id Masjid yang Luas bangunannya sampai 5.000 m2 menelan biaya pembangunan mencapai satu juta Gulden. Kemudian Masjid ini juga ini memiliki daya tampung hingga 1.500 jamaah. Masjid yang dibangun di atas lahan seluas 18.000 kini sudah memasuki usia satu abad lebih, tepatnya berumur113 Tahun.
 Masjid Raya AL- Mashun Medan Tempat wisata Religi yang kini berusia 113  Tahun  Medan seperti tak ada habisnya untuk ditelusuri, kamu yang suka wisata sejarah atau heritage seperti Saya pasti tak akan melewatkan tempat yang satu ini, yah Masjid Raya Al- Mashun Medan meninggalkan banyak sejarah di dalamnya. Masjid yang berlokasi tak jauh dari pusat kota Medan ini terletak di Jalan Sisingamangaraja No.61Medan Maimun. Pembangunan Masjid Al- Mashun sendiri dimulai pada tanggal 21 Agustus 1906 (1 Rajab 1324 H) oleh Sultan Ma’mun Al- Rasyid Perkasa Alam yakni pemimpin Kesultanan Deli pada masa itu. Dan secara keseluruhan pembangunan selesai pada tanggal 10 september 1909 yang artinya waktu pembangunan yang dibutuhkan adalah 3 tahun lebih. Dilansir dari Simas.kemenag.go.id Masjid yang Luas bangunannya sampai 5.000 m2 menelan biaya pembangunan mencapai satu juta Gulden. Kemudian Masjid ini juga ini memiliki daya tampung hingga 1.500 jamaah. Masjid yang dibangun di atas lahan seluas 18.000 kini sudah memasuki usia satu abad lebih, tepatnya berumur113 Tahun.  Menurut sejarahnya, Sultan Ma’mun Al-Rasyid memang sengaja membangun Masjid ini dengan megah, karena menurut prinsip nya hal itu lebih utama ketimbang kemegahan Istananya sendiri, yakni Istana Maimun yang berjarak 200m dari Masjid. Kemudian, pembangunan Masjid ini ditanggung sendiri oleh Sultan Ma’mun Al- Rasyid, namun konon katanya Tjong A Fie, tokoh saudagar kaya dari etnis Tionghoa ini pun turut berkontribusi dalam pendanaan pembangunan Masjid Raya ini. Pada mulanya arsitek yang merancang bangunan Masjid Raya ini merupakan Van Erp arsitek asal Belanda yang sebelumnya juga merancang Istana Maimun, namun kemudian prosesnya dikerjakan oleh JA Tingdeman. Alasanya karena ketika itu Van Erp dipanggil ke pulau Jawa oleh pemerintah Hindia Belanda untuk bergabung dalam proses restorasi candi Borobudur di Jawa Tengah. Kemudian JA Tingdeman merancang masjid ini dengan denah simetris segi delapan dalam corak bangunan campuran Maroko, Eropa dan Melayu serta Timur Tengah.  Pada bangunan masjid dibagi atas beberapa ruang utama, tempat wudhu, gerbang masuk dan menara. Ruang utama, tempat sholat berbentuk segi delapan tidak sama sisi. Pada sisi berhadapan lebih kecil, terdapat beranda yakni serambi kecil yang menempek menjorok keluar. Di bagian dalam masjid terdapat pilar utama berdiameter 0.60 m yang menjulang tinggi. Masjid Raya Al- Mashun didominasi warna putih, di samping hijau pada sekitar bagian pintu-pintu dan warna hitam pada kubahnya. Pilar-pilar yang terdapat pada setiap sisi bangunan untama mengambil corak khas Cordoba dan spanyol, terutama dengan lekung bagian atas yang berbentuk setengah lingkaran. Untuk membangun Masjid Raya Al- Mashun banyak dekorasi yang diimpor dari mancanegara seperti marmer dari Italia, kaca patri asal Cina, dan lampu gantung dari Prancis. Seriap ornamen dihiasi dengan ukiran-ukiran indah bermatif floral atau geometris. Keindahan Masjid Raya Al-Mashun dan Istana Maimun menandakan tingginya peradaban Kesultanan Deli, sebagai suatu kedaulatan etnis Melayu yang sempat berjaya pada zaman lampau.
Pemandangan Masjid Raya saat Malam Hari

Menurut sejarahnya, Sultan Ma’mun Al-Rasyid memang sengaja membangun Masjid ini dengan megah, karena menurut prinsip nya hal itu lebih utama ketimbang kemegahan Istananya sendiri, yakni Istana Maimun yang berjarak 200m dari Masjid. Kemudian, pembangunan Masjid ini ditanggung sendiri oleh Sultan Ma’mun Al- Rasyid, namun konon katanya Tjong A Fie, tokoh saudagar kaya dari etnis Tionghoa ini pun turut berkontribusi dalam pendanaan pembangunan Masjid Raya ini.
Pada mulanya arsitek yang merancang bangunan Masjid Raya ini merupakan Van Erp arsitek asal Belanda yang sebelumnya juga merancang Istana Maimun, namun kemudian prosesnya dikerjakan oleh JA Tingdeman. Alasanya karena ketika itu Van Erp dipanggil ke pulau Jawa oleh pemerintah Hindia Belanda untuk bergabung dalam proses restorasi candi Borobudur di Jawa Tengah. Kemudian JA Tingdeman merancang masjid ini dengan denah simetris segi delapan dalam corak bangunan campuran Maroko, Eropa dan Melayu serta Timur Tengah.

 Masjid Raya AL- Mashun Medan Tempat wisata Religi yang kini berusia 113  Tahun  Medan seperti tak ada habisnya untuk ditelusuri, kamu yang suka wisata sejarah atau heritage seperti Saya pasti tak akan melewatkan tempat yang satu ini, yah Masjid Raya Al- Mashun Medan meninggalkan banyak sejarah di dalamnya. Masjid yang berlokasi tak jauh dari pusat kota Medan ini terletak di Jalan Sisingamangaraja No.61Medan Maimun. Pembangunan Masjid Al- Mashun sendiri dimulai pada tanggal 21 Agustus 1906 (1 Rajab 1324 H) oleh Sultan Ma’mun Al- Rasyid Perkasa Alam yakni pemimpin Kesultanan Deli pada masa itu. Dan secara keseluruhan pembangunan selesai pada tanggal 10 september 1909 yang artinya waktu pembangunan yang dibutuhkan adalah 3 tahun lebih. Dilansir dari Simas.kemenag.go.id Masjid yang Luas bangunannya sampai 5.000 m2 menelan biaya pembangunan mencapai satu juta Gulden. Kemudian Masjid ini juga ini memiliki daya tampung hingga 1.500 jamaah. Masjid yang dibangun di atas lahan seluas 18.000 kini sudah memasuki usia satu abad lebih, tepatnya berumur113 Tahun.  Menurut sejarahnya, Sultan Ma’mun Al-Rasyid memang sengaja membangun Masjid ini dengan megah, karena menurut prinsip nya hal itu lebih utama ketimbang kemegahan Istananya sendiri, yakni Istana Maimun yang berjarak 200m dari Masjid. Kemudian, pembangunan Masjid ini ditanggung sendiri oleh Sultan Ma’mun Al- Rasyid, namun konon katanya Tjong A Fie, tokoh saudagar kaya dari etnis Tionghoa ini pun turut berkontribusi dalam pendanaan pembangunan Masjid Raya ini. Pada mulanya arsitek yang merancang bangunan Masjid Raya ini merupakan Van Erp arsitek asal Belanda yang sebelumnya juga merancang Istana Maimun, namun kemudian prosesnya dikerjakan oleh JA Tingdeman. Alasanya karena ketika itu Van Erp dipanggil ke pulau Jawa oleh pemerintah Hindia Belanda untuk bergabung dalam proses restorasi candi Borobudur di Jawa Tengah. Kemudian JA Tingdeman merancang masjid ini dengan denah simetris segi delapan dalam corak bangunan campuran Maroko, Eropa dan Melayu serta Timur Tengah.  Pada bangunan masjid dibagi atas beberapa ruang utama, tempat wudhu, gerbang masuk dan menara. Ruang utama, tempat sholat berbentuk segi delapan tidak sama sisi. Pada sisi berhadapan lebih kecil, terdapat beranda yakni serambi kecil yang menempek menjorok keluar. Di bagian dalam masjid terdapat pilar utama berdiameter 0.60 m yang menjulang tinggi. Masjid Raya Al- Mashun didominasi warna putih, di samping hijau pada sekitar bagian pintu-pintu dan warna hitam pada kubahnya. Pilar-pilar yang terdapat pada setiap sisi bangunan untama mengambil corak khas Cordoba dan spanyol, terutama dengan lekung bagian atas yang berbentuk setengah lingkaran. Untuk membangun Masjid Raya Al- Mashun banyak dekorasi yang diimpor dari mancanegara seperti marmer dari Italia, kaca patri asal Cina, dan lampu gantung dari Prancis. Seriap ornamen dihiasi dengan ukiran-ukiran indah bermatif floral atau geometris. Keindahan Masjid Raya Al-Mashun dan Istana Maimun menandakan tingginya peradaban Kesultanan Deli, sebagai suatu kedaulatan etnis Melayu yang sempat berjaya pada zaman lampau.
Potret Pintu Masuk Utama Masjid Raya

            Pada bangunan masjid dibagi atas beberapa ruang utama, tempat wudhu, gerbang masuk dan menara. Ruang utama, tempat sholat berbentuk segi delapan tidak sama sisi. Pada sisi berhadapan lebih kecil, terdapat beranda yakni serambi kecil yang menempek menjorok keluar. Di bagian dalam masjid terdapat pilar utama berdiameter 0.60 m yang menjulang tinggi.
Masjid Raya Al- Mashun didominasi warna putih, di samping hijau pada sekitar bagian pintu-pintu dan warna hitam pada kubahnya. Pilar-pilar yang terdapat pada setiap sisi bangunan untama mengambil corak khas Cordoba dan spanyol, terutama dengan lekung bagian atas yang berbentuk setengah lingkaran. Untuk membangun Masjid Raya Al- Mashun banyak dekorasi yang diimpor dari mancanegara seperti marmer dari Italia, kaca patri asal Cina, dan lampu gantung dari Prancis. Seriap ornamen dihiasi dengan ukiran-ukiran indah bermatif floral atau geometris.
Keindahan Masjid Raya Al-Mashun dan Istana Maimun menandakan tingginya peradaban Kesultanan Deli, sebagai suatu kedaulatan etnis Melayu yang sempat berjaya pada zaman lampau.

 Masjid Raya AL- Mashun Medan Tempat wisata Religi yang kini berusia 113  Tahun  Medan seperti tak ada habisnya untuk ditelusuri, kamu yang suka wisata sejarah atau heritage seperti Saya pasti tak akan melewatkan tempat yang satu ini, yah Masjid Raya Al- Mashun Medan meninggalkan banyak sejarah di dalamnya. Masjid yang berlokasi tak jauh dari pusat kota Medan ini terletak di Jalan Sisingamangaraja No.61Medan Maimun. Pembangunan Masjid Al- Mashun sendiri dimulai pada tanggal 21 Agustus 1906 (1 Rajab 1324 H) oleh Sultan Ma’mun Al- Rasyid Perkasa Alam yakni pemimpin Kesultanan Deli pada masa itu. Dan secara keseluruhan pembangunan selesai pada tanggal 10 september 1909 yang artinya waktu pembangunan yang dibutuhkan adalah 3 tahun lebih. Dilansir dari Simas.kemenag.go.id Masjid yang Luas bangunannya sampai 5.000 m2 menelan biaya pembangunan mencapai satu juta Gulden. Kemudian Masjid ini juga ini memiliki daya tampung hingga 1.500 jamaah. Masjid yang dibangun di atas lahan seluas 18.000 kini sudah memasuki usia satu abad lebih, tepatnya berumur113 Tahun.  Menurut sejarahnya, Sultan Ma’mun Al-Rasyid memang sengaja membangun Masjid ini dengan megah, karena menurut prinsip nya hal itu lebih utama ketimbang kemegahan Istananya sendiri, yakni Istana Maimun yang berjarak 200m dari Masjid. Kemudian, pembangunan Masjid ini ditanggung sendiri oleh Sultan Ma’mun Al- Rasyid, namun konon katanya Tjong A Fie, tokoh saudagar kaya dari etnis Tionghoa ini pun turut berkontribusi dalam pendanaan pembangunan Masjid Raya ini. Pada mulanya arsitek yang merancang bangunan Masjid Raya ini merupakan Van Erp arsitek asal Belanda yang sebelumnya juga merancang Istana Maimun, namun kemudian prosesnya dikerjakan oleh JA Tingdeman. Alasanya karena ketika itu Van Erp dipanggil ke pulau Jawa oleh pemerintah Hindia Belanda untuk bergabung dalam proses restorasi candi Borobudur di Jawa Tengah. Kemudian JA Tingdeman merancang masjid ini dengan denah simetris segi delapan dalam corak bangunan campuran Maroko, Eropa dan Melayu serta Timur Tengah.  Pada bangunan masjid dibagi atas beberapa ruang utama, tempat wudhu, gerbang masuk dan menara. Ruang utama, tempat sholat berbentuk segi delapan tidak sama sisi. Pada sisi berhadapan lebih kecil, terdapat beranda yakni serambi kecil yang menempek menjorok keluar. Di bagian dalam masjid terdapat pilar utama berdiameter 0.60 m yang menjulang tinggi. Masjid Raya Al- Mashun didominasi warna putih, di samping hijau pada sekitar bagian pintu-pintu dan warna hitam pada kubahnya. Pilar-pilar yang terdapat pada setiap sisi bangunan untama mengambil corak khas Cordoba dan spanyol, terutama dengan lekung bagian atas yang berbentuk setengah lingkaran. Untuk membangun Masjid Raya Al- Mashun banyak dekorasi yang diimpor dari mancanegara seperti marmer dari Italia, kaca patri asal Cina, dan lampu gantung dari Prancis. Seriap ornamen dihiasi dengan ukiran-ukiran indah bermatif floral atau geometris. Keindahan Masjid Raya Al-Mashun dan Istana Maimun menandakan tingginya peradaban Kesultanan Deli, sebagai suatu kedaulatan etnis Melayu yang sempat berjaya pada zaman lampau.
Bagian dalam Masjid-kenichapedia.blogspot.com
 
 Masjid Raya AL- Mashun Medan Tempat wisata Religi yang kini berusia 113  Tahun  Medan seperti tak ada habisnya untuk ditelusuri, kamu yang suka wisata sejarah atau heritage seperti Saya pasti tak akan melewatkan tempat yang satu ini, yah Masjid Raya Al- Mashun Medan meninggalkan banyak sejarah di dalamnya. Masjid yang berlokasi tak jauh dari pusat kota Medan ini terletak di Jalan Sisingamangaraja No.61Medan Maimun. Pembangunan Masjid Al- Mashun sendiri dimulai pada tanggal 21 Agustus 1906 (1 Rajab 1324 H) oleh Sultan Ma’mun Al- Rasyid Perkasa Alam yakni pemimpin Kesultanan Deli pada masa itu. Dan secara keseluruhan pembangunan selesai pada tanggal 10 september 1909 yang artinya waktu pembangunan yang dibutuhkan adalah 3 tahun lebih. Dilansir dari Simas.kemenag.go.id Masjid yang Luas bangunannya sampai 5.000 m2 menelan biaya pembangunan mencapai satu juta Gulden. Kemudian Masjid ini juga ini memiliki daya tampung hingga 1.500 jamaah. Masjid yang dibangun di atas lahan seluas 18.000 kini sudah memasuki usia satu abad lebih, tepatnya berumur113 Tahun.  Menurut sejarahnya, Sultan Ma’mun Al-Rasyid memang sengaja membangun Masjid ini dengan megah, karena menurut prinsip nya hal itu lebih utama ketimbang kemegahan Istananya sendiri, yakni Istana Maimun yang berjarak 200m dari Masjid. Kemudian, pembangunan Masjid ini ditanggung sendiri oleh Sultan Ma’mun Al- Rasyid, namun konon katanya Tjong A Fie, tokoh saudagar kaya dari etnis Tionghoa ini pun turut berkontribusi dalam pendanaan pembangunan Masjid Raya ini. Pada mulanya arsitek yang merancang bangunan Masjid Raya ini merupakan Van Erp arsitek asal Belanda yang sebelumnya juga merancang Istana Maimun, namun kemudian prosesnya dikerjakan oleh JA Tingdeman. Alasanya karena ketika itu Van Erp dipanggil ke pulau Jawa oleh pemerintah Hindia Belanda untuk bergabung dalam proses restorasi candi Borobudur di Jawa Tengah. Kemudian JA Tingdeman merancang masjid ini dengan denah simetris segi delapan dalam corak bangunan campuran Maroko, Eropa dan Melayu serta Timur Tengah.  Pada bangunan masjid dibagi atas beberapa ruang utama, tempat wudhu, gerbang masuk dan menara. Ruang utama, tempat sholat berbentuk segi delapan tidak sama sisi. Pada sisi berhadapan lebih kecil, terdapat beranda yakni serambi kecil yang menempek menjorok keluar. Di bagian dalam masjid terdapat pilar utama berdiameter 0.60 m yang menjulang tinggi. Masjid Raya Al- Mashun didominasi warna putih, di samping hijau pada sekitar bagian pintu-pintu dan warna hitam pada kubahnya. Pilar-pilar yang terdapat pada setiap sisi bangunan untama mengambil corak khas Cordoba dan spanyol, terutama dengan lekung bagian atas yang berbentuk setengah lingkaran. Untuk membangun Masjid Raya Al- Mashun banyak dekorasi yang diimpor dari mancanegara seperti marmer dari Italia, kaca patri asal Cina, dan lampu gantung dari Prancis. Seriap ornamen dihiasi dengan ukiran-ukiran indah bermatif floral atau geometris. Keindahan Masjid Raya Al-Mashun dan Istana Maimun menandakan tingginya peradaban Kesultanan Deli, sebagai suatu kedaulatan etnis Melayu yang sempat berjaya pada zaman lampau.
Halaman samping Masjid Raya-kenichapedia.blogspot.com

 Masjid Raya AL- Mashun Medan Tempat wisata Religi yang kini berusia 113  Tahun  Medan seperti tak ada habisnya untuk ditelusuri, kamu yang suka wisata sejarah atau heritage seperti Saya pasti tak akan melewatkan tempat yang satu ini, yah Masjid Raya Al- Mashun Medan meninggalkan banyak sejarah di dalamnya. Masjid yang berlokasi tak jauh dari pusat kota Medan ini terletak di Jalan Sisingamangaraja No.61Medan Maimun. Pembangunan Masjid Al- Mashun sendiri dimulai pada tanggal 21 Agustus 1906 (1 Rajab 1324 H) oleh Sultan Ma’mun Al- Rasyid Perkasa Alam yakni pemimpin Kesultanan Deli pada masa itu. Dan secara keseluruhan pembangunan selesai pada tanggal 10 september 1909 yang artinya waktu pembangunan yang dibutuhkan adalah 3 tahun lebih. Dilansir dari Simas.kemenag.go.id Masjid yang Luas bangunannya sampai 5.000 m2 menelan biaya pembangunan mencapai satu juta Gulden. Kemudian Masjid ini juga ini memiliki daya tampung hingga 1.500 jamaah. Masjid yang dibangun di atas lahan seluas 18.000 kini sudah memasuki usia satu abad lebih, tepatnya berumur113 Tahun.  Menurut sejarahnya, Sultan Ma’mun Al-Rasyid memang sengaja membangun Masjid ini dengan megah, karena menurut prinsip nya hal itu lebih utama ketimbang kemegahan Istananya sendiri, yakni Istana Maimun yang berjarak 200m dari Masjid. Kemudian, pembangunan Masjid ini ditanggung sendiri oleh Sultan Ma’mun Al- Rasyid, namun konon katanya Tjong A Fie, tokoh saudagar kaya dari etnis Tionghoa ini pun turut berkontribusi dalam pendanaan pembangunan Masjid Raya ini. Pada mulanya arsitek yang merancang bangunan Masjid Raya ini merupakan Van Erp arsitek asal Belanda yang sebelumnya juga merancang Istana Maimun, namun kemudian prosesnya dikerjakan oleh JA Tingdeman. Alasanya karena ketika itu Van Erp dipanggil ke pulau Jawa oleh pemerintah Hindia Belanda untuk bergabung dalam proses restorasi candi Borobudur di Jawa Tengah. Kemudian JA Tingdeman merancang masjid ini dengan denah simetris segi delapan dalam corak bangunan campuran Maroko, Eropa dan Melayu serta Timur Tengah.  Pada bangunan masjid dibagi atas beberapa ruang utama, tempat wudhu, gerbang masuk dan menara. Ruang utama, tempat sholat berbentuk segi delapan tidak sama sisi. Pada sisi berhadapan lebih kecil, terdapat beranda yakni serambi kecil yang menempek menjorok keluar. Di bagian dalam masjid terdapat pilar utama berdiameter 0.60 m yang menjulang tinggi. Masjid Raya Al- Mashun didominasi warna putih, di samping hijau pada sekitar bagian pintu-pintu dan warna hitam pada kubahnya. Pilar-pilar yang terdapat pada setiap sisi bangunan untama mengambil corak khas Cordoba dan spanyol, terutama dengan lekung bagian atas yang berbentuk setengah lingkaran. Untuk membangun Masjid Raya Al- Mashun banyak dekorasi yang diimpor dari mancanegara seperti marmer dari Italia, kaca patri asal Cina, dan lampu gantung dari Prancis. Seriap ornamen dihiasi dengan ukiran-ukiran indah bermatif floral atau geometris. Keindahan Masjid Raya Al-Mashun dan Istana Maimun menandakan tingginya peradaban Kesultanan Deli, sebagai suatu kedaulatan etnis Melayu yang sempat berjaya pada zaman lampau.



Comments