Skip to main content

Featured

Uniknya Rumah Bolon khas Suku Batak-Kenichapedia

Sumatera Utara punya segudang keunikan yang ada didalamnya, dari masyarakatnya, budayanya, makanannya pariwisatanya dan tak kalah unik dari   bangunan-bangunan rumahnya. Jika kalian mengunjungi tanah batak, kalian pasti akan sering menjumpai rumah unik yang satu ini, yah Rumah Bolon. Ternyata rumah ini juga punya sejarahnya, dan hingga kini masih banyak kita jumpain rumah Bolon, bahkan sebagian sudah menjadi Museum dan dijadikan Warisan Budaya asli Batak. Pada zaman dahulu kala, rumah Bolon adalah tempat tinggal dari 13 raja yang tinggal di Sumatera Utara. 13 Raja tersebut adalah Raja Ranjiman, Raja Nagaraja, Raja Batiran, Raja Bakkaraja, Raja Baringin, Raja Bonabatu, Raja Rajaulan, Raja Atian, Raja Hormabulan, Raja Raondop, Raja Rahalim, Raja Karel Tanjung, dan Raja Mogam. Ada beberapa jenis rumah bolon dalam masyarakat Batak yaitu, rumah Bolon Toba, rumah Bolon Simalungun, rumah Bolon Karo, rumah Bolon Mandailing, rumah Bolon Pakpak, dan Rumah bolon Angkola. Setiap rum

Masjid Azizi dan Sejarah Peninggalan Kesultanan Langkat- Kenichapedia

Masjid Azizi dan Sejarah Peninggalan Kesultanan Langkat  Selain Masjid Al-Mashun dan Masjid Raya Al-Osmani yang ada di Medan, Langkat juga punya Masjid bersejarah dan memiliki arsitektur yang mirip dengan Masjid tersebut yakni Masjid Azizi. Terletak di Jalan Lintas Sumatra yang menghubungkan Medan dengan Aceh lebih tepatnya berada di Jl. Masjid No.1, Pekan Tanjung Pura Kabupaten Langkat.  Masjid Azizi berdiri di atas tanah seluas 18.000 meter persegi ini dibangun atas saran dari Syekh Abdul Wahab Babussalam pada masa pemerintahan Sultan Musa al- Muazzamsyah. Mulai dibangun pada tahun 1899M atau setidaknya sejak 149 tahun sejak Langkat resmi berdiri sebagai kesultanan, namun Sultan Musa wafat sebelum pembangunan masjid selesai dibangun. Kemudian Pembangunan diteruskan oleh sang putra yakni Sultan Abdul Aziz Djalil Rachmatsyah (1897-1927) yang merupakan Sultan Langkat ke-7. Maka tak heran jika nama Masjid ini diambil dari nama sang Sultan pada waktu itu yaitu Sultan Abdul Aziz. Masjid ini dirancang oleh arsitek berkebangsaan Jerman, kemudian para pekerjanya banyak dari etnis Tionghoa dan masyarakat Langkat sendiri. Untuk bahan bangunannya sendiri didatangkan langsung dari Penang Malaysia dan Singapura menggunakan kapal ke Tanjung Pura. Pada masa itu juga sungai Batang serangan masih berfungsi baik dengan kapal-kapal dengan tonase 600 ton dapat melayarinya. Saat itu Masjid Azizi diresmikan sendiri Oleh Sultan Abdul Aziz Djalil Rahcmatsyah  bertepatan dengan peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW. Dan sekaligus peringatan perubahan kerajaan menjadi kesultanan Langkat pada 12 Rabiul Awal 1320 Hijriah ( 13 Juni 1902 M). Pembangunan Masjid ini juga ditaksir menghabiskan dana sekitar 200,000 Ringgit Malaysia.  Disekitar Masjid Juga terdapat Taman Makam Pahlawan Langkat yakni Tengku Amir Hamzah, dan terdapat makam-makan keluarga peninggalan sultan langkat yang berada tepat di samping  kanan masjid. Dan disisi samping kanan masjid terdapat Balai Pustaka Tengku Amir Hamzah.  Hingga kini Masjid ini masih aktif digunakan dalam peribadatan, banyak dijumpai mahasiswa kampus STAI-JM yang shalat disini ketika waktu zuhur dan ashar, begitupun para warga sekitar. Masjid ini juga rutin mengadakan pengajian setiap bulannya, dan akan sangat ramai ketika peringatan-peringatan keagamaan Islam seperti Isra’ Mi’raj, Maulid Nabi, Idul Adha dan malam takbiran Idul Fitri.
Masjid Azizi peninggalan kesultanan Langkat-kenichapedia.blogspot.com


Selain Masjid Al-Mashun dan Masjid Raya Al-Osmani yang ada di Medan, Langkat juga punya Masjid bersejarah dan memiliki arsitektur yang mirip dengan Masjid tersebut yakni Masjid Azizi. Terletak di Jalan Lintas Sumatra yang menghubungkan Medan dengan Aceh lebih tepatnya berada di Jl. Masjid No.1, Pekan Tanjung Pura Kabupaten Langkat.
Masjid Azizi berdiri di atas tanah seluas 18.000 meter persegi ini dibangun atas saran dari Syekh Abdul Wahab Babussalam pada masa pemerintahan Sultan Musa al- Muazzamsyah. Mulai dibangun pada tahun 1899M atau setidaknya sejak 149 tahun sejak Langkat resmi berdiri sebagai kesultanan, namun Sultan Musa wafat sebelum pembangunan masjid selesai dibangun. Kemudian Pembangunan diteruskan oleh sang putra yakni Sultan Abdul Aziz Djalil Rachmatsyah (1897-1927) yang merupakan Sultan Langkat ke-7. Maka tak heran jika nama Masjid ini diambil dari nama sang Sultan pada waktu itu yaitu Sultan Abdul Aziz.
Masjid ini dirancang oleh arsitek berkebangsaan Jerman, kemudian para pekerjanya banyak dari etnis Tionghoa dan masyarakat Langkat sendiri. Untuk bahan bangunannya sendiri didatangkan langsung dari Penang Malaysia dan Singapura menggunakan kapal ke Tanjung Pura. Pada masa itu juga sungai Batang serangan masih berfungsi baik dengan kapal-kapal dengan tonase 600 ton dapat melayarinya. 
Masjid Azizi dan Sejarah Peninggalan Kesultanan Langkat  Selain Masjid Al-Mashun dan Masjid Raya Al-Osmani yang ada di Medan, Langkat juga punya Masjid bersejarah dan memiliki arsitektur yang mirip dengan Masjid tersebut yakni Masjid Azizi. Terletak di Jalan Lintas Sumatra yang menghubungkan Medan dengan Aceh lebih tepatnya berada di Jl. Masjid No.1, Pekan Tanjung Pura Kabupaten Langkat.  Masjid Azizi berdiri di atas tanah seluas 18.000 meter persegi ini dibangun atas saran dari Syekh Abdul Wahab Babussalam pada masa pemerintahan Sultan Musa al- Muazzamsyah. Mulai dibangun pada tahun 1899M atau setidaknya sejak 149 tahun sejak Langkat resmi berdiri sebagai kesultanan, namun Sultan Musa wafat sebelum pembangunan masjid selesai dibangun. Kemudian Pembangunan diteruskan oleh sang putra yakni Sultan Abdul Aziz Djalil Rachmatsyah (1897-1927) yang merupakan Sultan Langkat ke-7. Maka tak heran jika nama Masjid ini diambil dari nama sang Sultan pada waktu itu yaitu Sultan Abdul Aziz. Masjid ini dirancang oleh arsitek berkebangsaan Jerman, kemudian para pekerjanya banyak dari etnis Tionghoa dan masyarakat Langkat sendiri. Untuk bahan bangunannya sendiri didatangkan langsung dari Penang Malaysia dan Singapura menggunakan kapal ke Tanjung Pura. Pada masa itu juga sungai Batang serangan masih berfungsi baik dengan kapal-kapal dengan tonase 600 ton dapat melayarinya. Saat itu Masjid Azizi diresmikan sendiri Oleh Sultan Abdul Aziz Djalil Rahcmatsyah  bertepatan dengan peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW. Dan sekaligus peringatan perubahan kerajaan menjadi kesultanan Langkat pada 12 Rabiul Awal 1320 Hijriah ( 13 Juni 1902 M). Pembangunan Masjid ini juga ditaksir menghabiskan dana sekitar 200,000 Ringgit Malaysia.  Disekitar Masjid Juga terdapat Taman Makam Pahlawan Langkat yakni Tengku Amir Hamzah, dan terdapat makam-makan keluarga peninggalan sultan langkat yang berada tepat di samping  kanan masjid. Dan disisi samping kanan masjid terdapat Balai Pustaka Tengku Amir Hamzah.  Hingga kini Masjid ini masih aktif digunakan dalam peribadatan, banyak dijumpai mahasiswa kampus STAI-JM yang shalat disini ketika waktu zuhur dan ashar, begitupun para warga sekitar. Masjid ini juga rutin mengadakan pengajian setiap bulannya, dan akan sangat ramai ketika peringatan-peringatan keagamaan Islam seperti Isra’ Mi’raj, Maulid Nabi, Idul Adha dan malam takbiran Idul Fitri.


Saat itu Masjid Azizi diresmikan sendiri Oleh Sultan Abdul Aziz Djalil Rahcmatsyah  bertepatan dengan peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW. Dan sekaligus peringatan perubahan kerajaan menjadi kesultanan Langkat pada 12 Rabiul Awal 1320 Hijriah ( 13 Juni 1902 M). Pembangunan Masjid ini juga ditaksir menghabiskan dana sekitar 200,000 Ringgit Malaysia.
Disekitar Masjid Juga terdapat Taman Makam Pahlawan Langkat yakni Tengku Amir Hamzah, dan terdapat makam-makan keluarga peninggalan sultan langkat yang berada tepat di samping  kanan masjid. Dan disisi samping kanan masjid terdapat Balai Pustaka Tengku Amir Hamzah. 
Masjid Azizi dan Sejarah Peninggalan Kesultanan Langkat  Selain Masjid Al-Mashun dan Masjid Raya Al-Osmani yang ada di Medan, Langkat juga punya Masjid bersejarah dan memiliki arsitektur yang mirip dengan Masjid tersebut yakni Masjid Azizi. Terletak di Jalan Lintas Sumatra yang menghubungkan Medan dengan Aceh lebih tepatnya berada di Jl. Masjid No.1, Pekan Tanjung Pura Kabupaten Langkat.  Masjid Azizi berdiri di atas tanah seluas 18.000 meter persegi ini dibangun atas saran dari Syekh Abdul Wahab Babussalam pada masa pemerintahan Sultan Musa al- Muazzamsyah. Mulai dibangun pada tahun 1899M atau setidaknya sejak 149 tahun sejak Langkat resmi berdiri sebagai kesultanan, namun Sultan Musa wafat sebelum pembangunan masjid selesai dibangun. Kemudian Pembangunan diteruskan oleh sang putra yakni Sultan Abdul Aziz Djalil Rachmatsyah (1897-1927) yang merupakan Sultan Langkat ke-7. Maka tak heran jika nama Masjid ini diambil dari nama sang Sultan pada waktu itu yaitu Sultan Abdul Aziz. Masjid ini dirancang oleh arsitek berkebangsaan Jerman, kemudian para pekerjanya banyak dari etnis Tionghoa dan masyarakat Langkat sendiri. Untuk bahan bangunannya sendiri didatangkan langsung dari Penang Malaysia dan Singapura menggunakan kapal ke Tanjung Pura. Pada masa itu juga sungai Batang serangan masih berfungsi baik dengan kapal-kapal dengan tonase 600 ton dapat melayarinya. Saat itu Masjid Azizi diresmikan sendiri Oleh Sultan Abdul Aziz Djalil Rahcmatsyah  bertepatan dengan peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW. Dan sekaligus peringatan perubahan kerajaan menjadi kesultanan Langkat pada 12 Rabiul Awal 1320 Hijriah ( 13 Juni 1902 M). Pembangunan Masjid ini juga ditaksir menghabiskan dana sekitar 200,000 Ringgit Malaysia.  Disekitar Masjid Juga terdapat Taman Makam Pahlawan Langkat yakni Tengku Amir Hamzah, dan terdapat makam-makan keluarga peninggalan sultan langkat yang berada tepat di samping  kanan masjid. Dan disisi samping kanan masjid terdapat Balai Pustaka Tengku Amir Hamzah.  Hingga kini Masjid ini masih aktif digunakan dalam peribadatan, banyak dijumpai mahasiswa kampus STAI-JM yang shalat disini ketika waktu zuhur dan ashar, begitupun para warga sekitar. Masjid ini juga rutin mengadakan pengajian setiap bulannya, dan akan sangat ramai ketika peringatan-peringatan keagamaan Islam seperti Isra’ Mi’raj, Maulid Nabi, Idul Adha dan malam takbiran Idul Fitri.

Hingga kini Masjid ini masih aktif digunakan dalam peribadatan, banyak dijumpai mahasiswa kampus STAI-JM yang shalat disini ketika waktu zuhur dan ashar, begitupun para warga sekitar. Masjid ini juga rutin mengadakan pengajian setiap bulannya, dan akan sangat ramai ketika peringatan-peringatan keagamaan Islam seperti Isra’ Mi’raj, Maulid Nabi, Idul Adha dan malam takbiran Idul Fitri.








Comments